Kota Dinamis Pencetak Rocker Terkenal
Kalau ada seseorang bertanya kota apa di
Tanah Air ini yang semangatnya dalam mengapresiasi musik cadas yang
begitu menggelegak sejak era 70’an hingga kini, maka jawabannya hanya
satu yaitu Malang !
karena pada dasarnya, dekade ’70-an telah mencatat suatu babak awal yang sangat fenomenal dari evolusi musik rock & roll dan itu terjadi di kota Malang. Malang memang merupakan kota yang sangat dinamis untuk perkembangan musik panggung di era 70-an bahkan era 60’an. Dalam dunia musik cadas Indonesia, ada klaim tidak tertulis yang sudah diakui akan kebenarannya secara nasional, bahwa Malang merupakan barometer musik cadas nasional.Klaim ini tentu harus bisa ditelusuri ujung pangkalnya, untuk makin mengukuhkan posisi Malang dalam blantika musik nasional.
karena pada dasarnya, dekade ’70-an telah mencatat suatu babak awal yang sangat fenomenal dari evolusi musik rock & roll dan itu terjadi di kota Malang. Malang memang merupakan kota yang sangat dinamis untuk perkembangan musik panggung di era 70-an bahkan era 60’an. Dalam dunia musik cadas Indonesia, ada klaim tidak tertulis yang sudah diakui akan kebenarannya secara nasional, bahwa Malang merupakan barometer musik cadas nasional.Klaim ini tentu harus bisa ditelusuri ujung pangkalnya, untuk makin mengukuhkan posisi Malang dalam blantika musik nasional.
Kota Malang pernah dianggap sebagai
barometer musik rock di Jawa Timur, bahkan nasional dan itu merupakan
suatu keunikan yang tidak ada pada kota lain yaitu. mayoritas warga
Malang pada dekade 1970-an sangat menggemari musik cadas, seperti Deep
Purple dan Rolling Stone. Pernah ada suatu angket yang dibuat
radio-radio amatir waktu itu dan memang kebanyakan kaum muda di kota
Malang menggemari musik rock.
Selera kuping arek-arek Malang pada jaman
dulu di era 70-an memang tidak pernah bergeser jauh dari genre musik
keras mulai dari yang bernuansa hardrock bahkan hingga saat ini, slowrock, folk-rock, art-rock atau psychedelic rock
sekalipun. Komposisi musik seperti yang dimainkan Led Zeppelin,
Genesis, Rolling Stones, Janis Joplin, The Doors, Uriah Heep, Yes, Deep
Purple, Rainbow, Pink Floyd, Rush, atau Queen adalah beberapa nama paten
yang sangat digilai anak muda Malang.
City of Monsters
Namun bila mereka menyaksikan pagelaran
musik rock, arek-arek malang ini seakan-akan berubah menjadi monster
yang sangat menakutkan bagi group band yang masih tanggung – tanggung
SDM dan peralatannya oleh karenanya, Malang secara tidak langsung
mendapat predikat sebagai City of Monsters dimata para rocker
yang skillnya pas-pasan alias tanggung-tanggung, tidak perduli apa band
itu dari luar Malang atau dari Malang sendiri mereka bisa kena lempar
batu , sandal atau pokok kayu dll!.
“Wah, sejak dulu Malang itu kota yang
paling ditakuti ama band-band Jakarta. Penontonnya kritis, salah dikit
aja langsung ditimpukin!” ujar Jaya, gitaris group band Roxx yang sempat
berkomentar saat event Soundrenaline 2004 di Stadion Gajayana Malang.
“Malah dulu belum layak disebut rocker kalo belum pernah konser di
Malang. Emang terbukti, aura rock-nya masih terasa banget sampe
sekarang!”.
Sudah banyak kisah musisi rock lokal
maupun nasional yang coba ‘menaklukan’ hati dan telinga penonton Malang
yang terkenal agak liar dan suka rusuh. Sebagian memang cukup berhasil,
namun lebih banyak di antaranya yang gagal total.Band
yang tidak mampu memuaskan penonton akan sangat beruntung jika hanya
mendapat cemooh dan caci-maki saja. Sebagian malah bernasib lebih buruk,
menerima lemparan benda-benda aneh seperti botol dan sandal bahkan batu
dari penonton dan dipaksa turun dari panggung.
Kawah Candradimuka Itu Bernama GOR Pulosari
Sejak era ’70-an, tempat pertunjukan
[venue] yang sering dipakai ajang konser rock adalah GOR Pulosari tempat
bersejarah yang dianggap sebagai kawah ‘Candradimuka’ bagi
para group band di Indonesia yang ingin sukses yang terletak di bilangan
jalan Kawi.Angkernya venue yang berkapasitas 5000 penonton itu ibarat
pengadilan publik untuk menilai sukses atau tidaknya sebuah band ketika
manggung. Hal ini diamini oleh Dalam Permadi alias Wiwie GV, seorang
musisi/aranjer asal Malang. Dalam wawancara dengan Kompas [12 November
2006].Sejumlah nama mulai dari Panbers, Trencem, Bentoel, Cockpit,
Sylvia Saartje, hingga Godbless sudah pernah menjajal keangkeran GOR
Pulosari yang dikenal sangat prestisius untuk konser musik rock.Wiwie
terkenang sewaktu Godbless manggung di sana pada tahun1979. Penonton
ketika itu tidak puas dengan penampilan Ahmad Albar dkk. Mereka lalu
mengamuk dan melempar apapun ke arah panggung. Akhirnya dia mengambil
kesimpulan, kalau sebuah band pentas di Malang sampai tidak rusuh,
berarti group band itu berhasil.
Malang memang kota yang tidak besar namun
anehnya kota itu memiliki daya magnet yang luar biasa bagi perkembangan
musik rock di era 70-an nama-nama rocker ternama seperti Mickey
Michael Merkelbach/ Mickey Jaguar, Ian Antono, Teddy Sujaya, Fuad Hassan
[drummer pertama God Bless] dan Silvia Sartje, membuat musisi rock
tanah air terbelalak. Mereka berdecak kagum dengan penampilan personil
dan group rock dari kota ini. “Dulu semua band di Malang memang group
rock. Saya dan Ian Antono punya filosofi yang sama, dan kami bersatu
karena musik rock,” tutur Abadi Soesman seraya menyebut nama salah satu
legenda musik rock kelahiran Malang yang paling terkenal hingga sekarang.Dari sekian banyak group rock yang ada pada era 70-an itu maka sepantasnya kami tampilkan kehebatan ;
Group Band Bentoel
Sang Pencipta Superstar
Munculnya Bentoel Rock Band di Malang
pada tahun 1970-an yang mengorbitkan nama-nama rocker first class
seperti Mickey Michael Merkelbach, Ian Antono, Teddy Sujaya,membuat
musisi rock tanah air terbelalak. Mereka berdecak kagum dengan
penampilan band rock dari kota Malang ini. Rock band dengan vokalis
andalannya Mickey Michael Merkelbach ini sudah terbiasa meneriakan lagu-
lagu hard rock milik Rolling Stones, Led Zeppelin dan Deep Purple
dengan melodi yang lebih garang. Mickey sendiri adalah rocker blasteran
Malang dan Jerman.
Bentoel Band terdiri atas Ian Antono
(gitar sebelumnya drum), Teddy Sujaya (drum), Wanto (flute), Bambang
M.G. (bass), Mickey Michael Merkelbach (vokal), dan Yanto(keyboard).Yang
disebut terakhir adalah abang kandung Ian Antono. Bentoel Group Band
ini memainkan musik pop hingga hard rock. Jika di atas pentas, Bentoel
lebih banyak memainkan repertoar rock mulai dari Traffic hingga The
Rolling Stones. Tetapi anehnya, Bentoel bisa berubah santun ketika
menjadi pengiring Emillia Contessa dan Anna Mantovani dalam rekaman.
Lain Dari Yang Lain
Group Band Bentoel saat itu merupakan
salah satu group yang tergolong hebat untuk ukuran Indonesia dan banyak
show telah mereka lakukan dan yang lebih mengangkat nama group ini
adalah penampilan vokalisnya Micky Michael Merkelbach yang seringkali
berlaku aneh yang berbau horor dan sadis, gaya panggungnya mirip seperti
Mick Jagger sangat urakan atau berlaku seperti Ozzy Osbourne.
Bentoel Band adalah group rock yang paling populer di kota Malang. Pada
1971-1973 mereka group musik yang sangat aktif melakukan tour ke
berbagai kota di Indonesia. Pada akhir Agustus ’73 di Gelora Saparua
,Bandung, Group Band Bentoel (malahan saat itu, Ian Antono masih sebagai
‘drummer’ group rock asal Malang tersebut sebelum bergabung dengan God
Bless pada tahun 1975) sempat tampil bersama group God Bless dan The
Philosophy Gang of Harry Roesli pada acara pagelaran berlabel ‘Anti
Narkotika’ di bandung, saat itu Denny Sabri yang dikenal sangat pelit
dalam memberi pujian terhadap rock star Tanah Air namun sempat pula
terkagum-kagum dengan gaya Mickey Mikelbach dan memberi pujian pada
Mickey sebagai seorang Super Star lokal yang kurang modal dikarenakan
belum pernahnya dia tinggal diluar negeri tidak seperti Achmad Albar
yang mempunyai reputasi Internasional.
Mickey Mikelbach sang vokalis yang
perawakannya tinggi besar merupakan perpaduan antara Mick Jagger dan
Steve Tylor dalam aksinya bahkan lebih edan dari Ucok AKA. Seperti yang
diperlihatkannya ketika tampil bersama Arista Birawa, ZB 101, dan
penyanyi Filipina Victor Wood di Gelora Pancasila Surabaya tanggal 18
Februari 1973. Dalam pertunjukan itu, tanpa diketahui panitia Micky
mengeluarkan seekor kelinci dari sebuah tas di sudut panggung. Setelah
mulutnya komat-komit seperti membaca mantra, Micky mengelus-elus kelinci
itu, dibelai dan dicium, tetapi kemudian secara tiba-tiba kelincinya
itu dicekiknya, kemudian dilempar dan ditikam dengan belati yang sudah
dipersiapkan ke tubuh binatang malang itu. Darah kelinci pun muncrat dan
Mickey pun menghirupnya dan penonton terkejut. Berharap mendapat
sambutan, Mickey malah menerima teriak berupa kemarahan dari para
penonton agar turun dari panggung.
Ketika itu juga aliran listrik ke
peralatan musik di panggung dihentikan oleh panitia dan Mickey serta
group Bentoel diminta menghentikan penampilannya karena pertunjukan yang
menegakkan bulu roma itu merupakan perbuatan yang mengarah kepada aksi
sadisme dan dicaci maki serta dikutuk banyak orang sampai akhirnya
mereka harus turun panggung.
Era Introspeksi
Mickey yang biasa menampilkan aksi
sadistis seperti yang tertulis di atas, maka dalam suatu pertunjukannya
bersama band barunya Oegle Eyes di Taman Remaja Surabaya, ia tidak lagi
menampilkan adegan menghisap darah binatang sebelumnya yang telah
berhasil mengorbitkan namanya, seperti gaya suaranya yang tetap keras,
hoby-nya bernyanyi sambil berjongkok-jongkok, main sodok stick mike
serta berlengggang-lenggok, ditambah dengan demostrasi main kipas serta
mengkibas-kibaskan rambut seperti halnya permainan kuda lumping.
Dilirik God Bless
Nama Group Band Bentoel bertambah
terkenal oleh karenanya dan sewaktu Bentoel tampil di “Jakarta Fair
1974″, mereka dilirik God Bless yang sedang ancang-ancang mencari
pengganti Nasution Bersaudara (Keenan Nasution (drum), Debby Nasution
(keyboard) dan Oding Nasution (gitar).God Bless terkesima melihat
permainan dua personel Bentoel Teddy Sujaya (drum) dan Ian Antono
(gitar) ini. Tak lama berselang atas ajakanYockie yang saat itu bersama
Sammi Zakaria tinggal di Malang merekapun bersedia direkrut untuk gabung
ke God Bless dan setelah itu otomatis group band Bentoel-pun sekarat
apalagi sponsor utamanya Pabrik rokok Bentoel menarik diri setelah Ian
dan Teddy cabut, tanpa adanya sponsor tersebut maka kegiatan group ini
pun praktis terhenti dan bubar!.
Mickey ketika jumpa pers pada tour God
Bless di kota Semarang tahun 1986.pernah berkata “Bentoel bubar karena
gitaris gue Ian Antono dan drummer gue Teddy Sudjaya diculik si Achmad
(maksudnya Achmad Albar).” Achmad Albar yang duduk satu meja dengan
Micky hanya senyum-senyum kecut.
OGLE EYES
Penerus Kejayaan Bentoel
Sementara itu, bubarnya Bentoel memaksa vokalis Mickey bergabung dalam Ogle Eyes, group band ini adalah milik perusahaan rokok Oepet di Malang. group yang juga diperkuat oleh mantan personil Giant Step keyboardist Jocky Soerjoprayogo dan drummer Sammy Zakaria langsung saja melesat namanya karena nama-nama personil didalamnya sudah menjadi jaminan. Dalam suatu pertunjukan bersama band barunya di Taman Remaja Surabaya, Micky tidak lagi menampilkan adegan menghisap darah binatang.
Namun demikian dalam pertunjukannya ini
ia masih mencoba mengulang kembali gaya dan tingkah yang pernah
diperlihatkan . Mickey juga sempat memulai karir solonya dengan merekam
album berjudul ‘Metropolitan’ [Prawita records]. Pada rilisan tersebut,d
ia berduet dengan Sylvia Saartje di lagu yang berjudul Wanita. Saat
ini, kaset solo Mickey menjadi barang langka dan collector item yang
bernilai tinggi. Karena suasana di groupnya sudah tidak mendukung lagi
disebabkanYockie sudah gabung kembali ke God Bless lalu Mickey-pun ikut
ikutan pindah ke Jakarta maka Ogle Eyes-pun akhirnya bubar.
JAGUAR
Superstar Yang Kehabisan Napas
Selepas bubarnya Ogle Eyes Mickey-pun
hijrah ke Jakarta dan mendirikan Jaguar (oleh karenanya namanya-pun
menjadi popular sebagai Micky Jaguar) bersamaYockie dan Toto Tewel,
gitaris semasa di Ogle Eyes di Malang. Tapi sayangnya ketika rekaman
yang mengiringinya bukanlah salah satu dari band yang dimilikinya.
‘Dokter Pancaroba’ (1978), album pertamanya, digarap bersama Jopie
Item.”Saya nggak ngerti , kenapa waktu itu kok si Mickey nyarinya saya.
Tau-tau dia sudah dirumah saya. Padahal kami saling gak kenal ketika
itu. Tapi karena tekadnya kenceng, akhirnya permintaannya saya turuti.”
Cerita Jopie, dan album kedua dikerjakan oleh Bambang, pemain Bass Band
Bentoel bersama Yopie Item. Sayang album ini tak jadi beredar. Mickey
setelah bermukim di Sukabumi selama beberapa tahun lalu diapun wafat
disana pada tahun 1985. (dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar