https://www.blogger.com/template-editor.g?blogID=4310979104881081115

Rabu, 15 Oktober 2014

Tumpang Malang

 

Tumpang adalah salah satu kecamatan dari 33 kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Dahulu Tumpang dikenal sebagai sentra padi "Ganjarawe" yang menghasilkan "Beras Tumpang". Jumlah penduduk Tumpang kurang lebih 71.985 jiwa yang terdiri dari 35.507 laki-laki, 36.478 perempuan. Kecamatan Tumpang mempunyai potensi dan produk unggulan di bidang pertanian, perkebunan,Industri, dll. dan letak yang strategis untuk menuju obyek-obyek wisata dimana jalan satu satunya dari arah barat untuk menuju ke gunung Bromo dan Semeru

TEMPAT WISATA TUMPANG

  • Agro Wisata, terletak di desa Duwet
  • Air Terjun Sumber Pitu, terletak di desa Duwet Krajan
  • Air Terjun Coban Cindhe, terletak di desa Benjor
  • Air Terjun Coban Jahe, Tumpang
  • Candi Jajaghu (Jago), Tumpang
  • Candi Kidal, terletak di desa Kidal
  • Pemandian Sumberingin, Wringinsongo
DESA DESA WILAYAH KECAMATAN TUMPANG
  1. Duwet 7.96 2 789
  2. Duwetkrajan 7.65 3 972
  3. Benjor9.2 1 473
  4. Bokor 1.31 1 656
  5. Jeru 4.69 1 1.451
  6. Kambingan 3.3 3 978
  7. Kidal 6.2 4 1.016
  8. Malangsuko 2.19 1 769
  9. Ngingit 6.74 3 898
  10. Pandanajeng 2.76 4 1.436
  11. Pulungdowo 6.8 2 1.796
  12. Slamet 2.42 2 953
  13. Tulusbesar 4.44 4 1.194
  14. Tumpang 5.66 2 2.517
  15. Wringinsongo 1.37 2 646
KESENIAN - KESENIAN

KESENIAN BANTENGAN


Seni  Tradisional  Bantengan,  adalah  sebuah  seni pertunjukan  budaya  tradisi  yang menggabungkan  unsur  sendra tari, olah kanuragan, musik, dan syair/mantra yang sangat kental dengan  nuansa  magis.

Pelaku  Bantengan  yakin  bahwa permainannya akan semakin menarik apabila telah masuk tahap “trans”  yaitu  tahapan  pemain  pemegang  kepala  Bantengan menjadi kesurupan arwah  leluhur Banteng  (Dhanyangan).

Seni  Bantengan  yang    telah  lahir  sejak  jaman  kerajaan jaman  Kerajaan Singasari  (situs  candi  Jago  –  Tumpang)  sangat  erat kaitannya dengan Pencak Silat. Walaupun pada masa kerajaan Ken Arok tersebut bentuk kesenian bantengan belum seperti sekarang, yaitu berbentuk topeng kepala bantengan yang menari. Karena gerakan tari yang dimainkan mengadopsi  dari  gerakan  Kembangan  Pencak  Silat.

Tidak  aneh memang,  sebab  pada  awalnya  Seni  Bantengan  adalah  unsure hiburan  bagi  setiap  pemain  Pencak  Silat  setiap  kali  selesai melakukan  latihan  rutin. Setiap grup Bantengan minimal mempunyai 2 Bantengan seperti halnya satu pasangan yaitu Bantengan jantan dan betina.

Walaupun berkembang dari kalangan perguruan Pencak Silat, pada saat ini Seni Bantengan telah berdiri sendiri sebagai bagian seni tradisi sehingga tidak keseluruhan perguruan Pencak Silat di Indonesia mempunyai Grup Bantengan dan begitu juga sebaliknya.

Perkembangan kesenian Bantengan mayoritas berada di masyarakat pedesaan atau wilayah pinggiran kota di daerah lereng pegunungan se-Jawa Timur tepatnya Bromo-Tengger-Semeru, Arjuno-Welirang, Anjasmoro, Kawi dan Raung-Argopuro.

Permainan  kesenian  bantengan  dimainkan  oleh  dua orang  yang berperan  sebagai  kaki  depan  sekaligus  pemegang  kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Kostum bantengan biasanya terbuat dari kain hitam dan topeng yang berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng.

Bantengan ini selalu diiringi oleh sekelompok orang yang memainkan musik khas bantengan dengan alat musik berupa gong, kendang, dan lain-lain. Kesenian ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, satu di bagian depan sebagai kepalanya, dan satu di bagian belakang sebagai ekornya. dan biasanya, lelaki bagian depan akan kesurupan, dan orang yang di belakangnya akan mengikuti setiap gerakannya.

Tak jarang orang di bagian belakang juga kesurupan. tetapi, sangat jarang terjadi orang yang di bagian belakang kesurupan sedangkan bagian depannya tidak. bantengan dibantu agar kesurupan oleh orang (laki-laki) yang memakai pakaian serba merah yang biasa disebut abangan dan kaos hitam yang biasanya di sebut irengan.

Bantengan juga selalu diiringi oleh macanan. kostum macanan ini terbuat dari kain yang diberi pewarna (biasanya kuning belang oranye), yang dipakai oleh seorang lelaki. macanan ini biasanya membantu bantengan kesurupan dan menahannya bila kesurupannya sampai terlalu ganas. Namun tak jarang macanan juga kesurupan.

JARAN KEPANG


Banyak cara manusia untuk mengekspresikan perasaan dan keyakinannya kepada Yang Maha Kuasa. Salah satunya apa yang dipraktikkan oleh sebagian warga Dusun Kemulan, Tumpang, Kabupaten Malang ini. Mereka mengekspresikan keyakinan mereka kepada Tuhan dengan menggelar jaranan, terutama pada setiap malam Jumat Legi. Malam Jumat Legi adalah malam yang keramat bagi sebagian besar warga Desa Kemulan. Ketika bermain jaranan pada malam itu, mereka seolah menjumpai malam yang penuh nuansa spiritualitas untuk kian mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Berbagai macam sesaji sejak sore sudah disiapkan untuk memasuki proses nyetreke. Sesaji yang diberikan itu adalah cok bakal, yang menandai sebagai ingatan yang terus menerus atas para leluhur, utamanya yang telah meninggal dunia. Setelah nyetreke di pagi hari, pada malam harinya digelar pertunjukan. Tahap pertama dalam pertunjukkan jaranan adalah mengalunkan gending gending pembuka.
Peralatan musik yang dipergunakan dalam jaranan kepang dor memang berbeda dengan jenis jaranan kepang lainnya. Jaranan kepang dor tidak menggunakan peralatan musik yang terbuat dari logam, seperti besi atau tembaga, melainkan dari kulit dan kayu, seperti Jedor, kendang, angklung, dan kentongan. Alunan gendhing di awal pertunjukan ini dimaksudkan untuk memuji Yang Maha Kuasa. Sementara itu, di balik panggung, sang pawang terus komat kamit mengucapkan berbagai mantera yang juga merupakan puji pujian kepada Yang Maha Kuasa. Jadi antara alunan musik dan mantera menyatu membentuk suasana magis dan khusu’.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar